Pengobatan Alternatif terhadap Diabetes
BUAH PARE (MOMORDICA CHARANTIA L.) SEBAGAI ALTERNATIF PENGOBATAN TERHADAP
DIABETES PADA USIA >30 TAHUN
BITTER MELON FRUIT (MOMORDICA CHARANTIA L.) AS AN
ALTERNATIVE TREATMENT FOR PATIENT WITH DIABETES AT AGE >30 YEARS
ISNAWATI
Jl. Kelapa Sawit 8 Bumi Berkat Kel. Sei Besar
Banjarbaru
Abstract
Pengobatan
alternatif adalah segala jenis pengobatan dengan menggunakan metode pengobatan
non medis atau bisa juga diartikan sebagai jenis pengobatan yang berfungsi
sebagai metode pengobatan medis.
Diabetes
millitus adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan menurunnya hormon yang
diproduksi oleh kelenjar pankreas. Penurunan hormon ini mengakibatkan seluruh
gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproduksi secara sempurna,
sehingga kadar glukosa didalam tubuh akan meningkat. Gula yang meliputi
polisakarida, digosakarida, disakarida dan monosakarida merupakan sumber tenaga
yang menunjang keseluruhan aktivitas manusia. Seluruh gula ini akan diproses
menjadi tenaga oleh hormon insulin tersebut karena penderita diabetes mellitus
biasanya akan mengalami lesu, kurang tenaga, selalu merasa haus, sering buang
air kecil, dan pengelihatan menjadi kabur, gejala lain akibat adanya kadar glukosa
yang terlalu tinggi akan terjadi ateroma sebagai penyebab awal penyakit jantung
koroner.
Kandungan
buah pare yang berguna dalam penurunan gula darah adalah charantin dan
polypeptide-P insulin (polipeptida yang mirip insulin) yang memiliki komponen yang
menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua dan banyak dipakai).
Manfaat charantin adalah menstimulasi sel kelenjar pankreas tubuh memproduksi
insulin lebih banyak serta meningkatkan cadangan gula sedangkan polypeptide-P
insulin untuk menurunkan kadar glukosa darah secara langsung. Diabetes adalah
suatu penyakit dimana terjadi penurunan produksi insulin pada pankreas atau
pankreas tidak sama sekali memproduksi insulin.
Keyword
: Alternatif Pengobatan, Buah Pare, Diabetes Mellitus
BAB I
PENDAHULUAN
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tanaman pare (Momordica charantia. L)
merupakan tanaman setahun yang bersifat merambat lalu tanaman pare ini merambat
dengan menggunakan lanjaran, rasanya pahit sehingga disukai olah masyarakat.
Pare juga termasuk komoditas tanaman holtikultura yang dikelompokkan kedalam
sayur-sayuran. Tanaman pare bukanlah tanaman asli Indonesia, melainkan berasal
dari luar negri yang beriklim panas (tropis). Para ahli tanaman memastikan asal
tanaman pare terdapat di Asia. Terutama di daerah India bagian barat, yakni
Assam dan Burma. Pare memiliki nama yang beragam disetiap
daerah diantaranya Prien (Gayo), Paria (Batak Toba), Foria (Nias), Peria
(Melayu), Kambeh (Minangkabau), Papare (Jakarta), Paria (Sunda), Pare (Jawa
Tengah), Pepareh (Madura), Paya Truwok (Sasak), Paria (Bima), Pania (Timor),
Popari (Menado), Beleng gede (Gorontalo), paria (Makasar), Paria (Bugis), Papariane
(Seram), Papari (Buru), Papare (Halmahera), Kepare (Ternate). Buah bulat
memanjang berbentuk spul cylindris, permukaan buahnya bintil-bintil tidak
beraturan dengan panjang 8-30 cm.Warna buah hijau dan jika sudah masak jika
dipecah akan berwarna orange dengan 3 katup. Simplisia terdiri dari irisan
melintang buah membentuk cincin atau gelang dengan tepi tidak rata dan tidak
beraturan, diameter 1,5 cm sampai 5 cm, tebal 3mm sampai 5mm warna coklat
kekuningan, bagian luar warnanya lebih tua dibanding bagian dalam. Pada
penampang melintang tampak daging buah terdiri dari eksokarpium, mesokarpium,
dan endokarpium. Pada eksokarpium terdiri dari satu lapis sel epidermis
berbentuk segi empat. Pada epidermis terdapat kutikula dah rambut kelenjar
terdiri dari 2 sel tangkai dan 3 sel kepala. Di bawah epidermis terdapat
lapisan kolenkim terdiri dari sel berbentuk poligonal atau bundar dengan ukuran
lebih besar dari sel epidermis. Bagian ini mangandung kloroplassehingga
berwarna hijau. Bagian mesokarpium terdiri dari sel parenkim bentuk poligonal
dan makin ke dalam ukurannya semakin besar, mengandung kristal kalsium oksalat bentuk
prisma dan resin.Bagian endokarpium terdiri dari sel parenkim panjang-panjang ,
serabut dan berkas pembuluh. Pada bagian dalam endokarpium terdapat jaringan
yang berasal dari daun buah terdiri dari sel bentuk bindar , berdinding tebal
dengan ruang sel berbentuk segitiga. Tanaman pare banyak digemari masyarakat
dan mempunyai nilai ekonomis yang masih rendah. Adapun kandungan gizi buah pare
protein 0.90 g, lemak 0.04 g, karbohidrat 4,60 g, kalsium 32,00 mg, fosfat
32,00 mg, dan mengandung Vitamin A,B, dan C, dan bagian yang dapat dimakan 77% .Tanaman
pare merupakan salah satu alternatif dalam penyembuhan diabetes mellitus,
karena tanaman ini mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol (antioxidant
kuat), serta glikosida cucurbitacin, momordicin, dan charantin yang dapat
menurunkan gula darah.
Diabetes millitus adalah suatu jenis
penyakit yang disebabkan menurunnya hormon yang diproduksi oleh kelenjar
pankreas. Penurunan hormon ini mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang
dikonsumsi tubuh tidak dapat diproduksi secara sempurna, sehingga kadar glukosa
didalam tubuh akan meningkat. Gula yang meliputi polisakarida, digosakarida,
disakarida dan monosakarida merupakan sumber tenaga yang menunjang keseluruhan
aktivitas manusia. Seluruh gula ini akan diproses menjadi tenaga oleh hormon
insulin tersebut karena penderita diabetes mellitus biasanya akan mengalami
lesu, kurang tenaga, selalu merasa haus, sering buang air kecil, dan
pengelihatan menjadi kabur, gejala lain akibat adanya kadar glukosa yang
terlalu tinggi akan terjadi ateroma sebagai penyebab awal penyakit jantung
koroner.
Penyakit diabetes mellitus saat ini
hampir merambah seluruh dunia, tidak hanya Negara-negara maju saja yang
terserang dengan penyakit ini, akan tetapi negara-negara berkembang pun sekarang
nampaknya sudah mulai memiliki probilitas terserang penyakit ini, menurut data
organisasi kesehatan dunia (WHO), Indonesia menempati urutan keenam dunia
sebagai Negara dengan jumlah penderita DM terbanyak setelah India, China, Uni
Soviyet, Jepang dan Brasil. Tercatat pada tahun 1995 jumlah penderita DM di
Indonesia mencapai 5 juta, Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6
juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada tahun 2006
diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14
juta orang, dimana baru 50 % yang sadar mengidapnya dan diantara mereka baru
sekitar 30 % yang datang berobat teratur,
Sangat disayangkan bahwa banyak penderita diabetes yang tidak menyadari
dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut penyakit gula atau kencing
manis. Hal ini mungkin disebabkan minimnya informasi di masyarakat tentang
diabetes terutama gejala-gejala yang terjadi pada dirinya.
Kandungan buah pare yang berguna
dalam penurunan gula darah adalah charantin dan polypeptide-P insulin
(polipeptida yang mirip insulin) yang memiliki komponen yang menyerupai
sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua dan banyak dipakai). Manfaat
charantin adalah menstimulasi sel kelenjar pankreas tubuh memproduksi insulin
lebih banyak serta meningkatkan cadangan gula sedangkan polypeptide-P insulin
untuk menurunkan kadar glukosa darah secara langsung. Diabetes adalah suatu
penyakit dimana terjadi penurunan produksi insulin pada pankreas atau pankreas
tidak sama sekali memproduksi insulin.
Sumber masyarakat, buah pare baik
buah, daun maupun akar dapat dijadikan sebagai obat herbal. Contohnya buahnya
dapat dijadikan obat herbal untuk kencing manis, sebagai memperlancar ASI (Air
Susu Ibu) dan sebagai obat herbal bronkitis. Daunnya juga dapat dijadikan
sebagai obat herbal batuk, sebagai obat wasir dan cacing kremi. Sedangkan akar
dapat dijadikan sebagai obat herbal untuk ambeien.
Biji pare (momordica charantia L.)
penurunan kadar gula terjadi kemungkinan karena biji pare (momordica charantia
L.) mengandung karantin yang merupakan saponin steroid yang memiliki aktifitas
mirip insulin dengan menstimulasi pengeluaran insulin di pankreas dan
polypeptida-P merupakan protein yang kerjanya mirip dengan insulin yang dapat
menstimulasi pengeluaran insulin serta asam oleanol dapat menurunkan kadar gula
darah dengan menghambat penyerapan glukosa usus.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan pemaparan latar belakang
diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
cara pengerjaan buah pare (momordica
charantia L.) sebagai alternatif pengobatan terhadap diabetes mellitus?
2. Bagaimana
secara teoritis pengaruh buah pare terhadap penurunan kadar glukosa dalam
darah?
C. TUJUAN
Penulisan jurnal ilmiah ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan pare sebagai obat alternatif yang berasal dari
potensi lokal Indonesia, dalam penyembuhan penyakit diabetes mellitus.
D. MANFAAT
PENULISAN
Penulisan ini memberikan beberapa
manfaat, yaitu dari segi akademis dapat memberikan informasi ilmiah pada
masyarakat tentang manfaat pare sebagai obat alternatif yang berasal dari
potensi lokal Indonesia, dalam penyembuan penyakit diabetes mellitus. Dari segi
aspek ekonomi pemanfaatan pare sebagai obat alternatif penyembuhan penyakit
diabetes mellitus dapat menghemat biaya dan lebih praktis.
BAB II
ISI
Diabetes
mellitus sering disebut juga the great imitator, karena penyakit ini dapat
menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan biasanya
akan mengalami lesu, kurang tenaga, selalu merasa haus, sering buang air kecil,
dan pengelihatan menjadi kabur. Penggunaan flora atau tumbuhan yang potensial
untuk terapi pada diabetes ini nampaknya dapat menjadi altrenatif yang cukup
efektif dan terjangkau oleh para penderita diabetes mellitus. Di Indonesia
cukup banyak tumbuhan yang berpotensi untuk dijadikan makanan yang dapat
membantu dalam mengatasai penyakit diabetes mellitus ini terutama tanaman pare (Utami,
Prapti. 2003).
Tanaman
pare (Momordica charantia L.) berasal dari kawasan Asia Tropis. Tanaman satu
ini terkenal karena buahnya yang pahit. Justru dibalik rasa pahitnya itulah
pare bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan gizi pada pare cukup baik. Pare
mengandung protein, karbohidrat, dan sedikit lemakmineral pare kaya akan kalsium, zat besi dan fosfor.
Vitamin yang menonjol terdapat di dalamnya adalah vitamin A dan vitamin C (Anoymous.
2007).
Khasiat
buah pare (Momordica charantia L.) sebagai obat di Cina sudah dicatat Li sejak
tahun 1578. Awalnya sebagai tonikum, obat cacing, obat batuk, antimalaria,
seriawan, penyembuh luka, dan penambah nafsu makan. Ratusan riset di banyak
negara yang berkembang kemudian menyingkap buah pahit ini berefek menurunkan
kadar gula darah (hypopglycemic effect) (Anoymous. 2007).
Penyebab
diabetes mellitus adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam
tubuh atau terjadi gangguan fungsi insulin, yang sebenarnya jumlahnya cukup.
Kekurangan insulin disebabkan terjadinya kerusakan sebagian kecil atau sebagian
besar sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin. Insulin merupakan suatu polipeptida (protein). Dalam keadaan normal, jika kadar
glukosa darah naik, kelenjar pankreas akan mengeluarkan insulin dan masuk ke
dalam aliran darah. Oleh darah insulin disalurkan ke reseptor yaitu hati
sebesar 50%, ginjal sekitar 10 – 20 %, serta sel darah, otot, dan jaringan
lemak sekitar 30 – 40 % (Rizky D, 2013)
Selama
belum ada insulin, gula dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel – sel
jaringan tubuh lainnya seperti otot dan jaringan lemak. Dapat dikatakan bahwa
insulin merupakan kunci yang membuka pintu sel jaringan, memasukkan gula ke
dalam sel, dan menutup kembali. Di dalam sel, gula dibakar menjadi energi yang
berguna untuk beraktivitas. Riset serupa di Jerman, Inggris, India, Jepang,
Thailand, dan Malaysia mempertegas zat berkhasiat pare sebagai antidiabetes.
Buah pare yang belum masak mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol
(antioxidant kuat), serta glikosida cucurbitacin, momordicin, dan charantin (Totok B, 2011).
Efek
pare dalam menurunkan gula darah pada hewan percobaan bekerja dengan mencegah
usus menyerap gula yang dimakan. Selain itu diduga pare memiliki komponen yang
menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua dan banyak dipakai). Obat
jenis ini menstimulasi sel beta kelenjar pancreas tubuh memproduksi insulin
lebih banyak, selain meningkatkan deposit cadangan gula glycogen di hati. Efek
pare dalam menurunkan gula darah pada kelinci diperkirakan juga serupa dengan
mekanisme insulin. Dari begitu banyak riset pare sebagai
penurun gula darah, ada benang merah bahwa dalam menurunkan gula darah, pare
memiliki lebih dari satu mekanisme. Lebih dari itu, penelitian pare di Jerman
berhasil menemukan dosis efektif penurun gula darah pare pada kelinci sehat
sebesar 0,5 gram/ kg berat badan, dan 1-1,5 gram/kg berat badan untuk kelinci
yang sengaja dibikin kencing manis. (Anonimous. 2007).
Tabel 1. Kandungan gizi tiap 100 gram
daun dan buah pare
Zat Gizi
|
Buah Pare
|
Daun Pare
|
Air
|
91,2 gram
|
80 gram
|
Kalori
|
29 gram
|
44 gram
|
Protein
|
1,1 gram
|
5,6 gram
|
Lemak
|
1,1 gram
|
0,4 gram
|
Karbohidrat
|
0,5 gram
|
12 gram
|
Kalsium
|
45 mg
|
264 mg
|
Zat
besi
|
1,4 mg
|
5 gram
|
Fosfor
|
64 mg
|
666 mg
|
Vitamin
A
|
18 SI
|
5,1 mg
|
Vitamin
B
|
0,08 mg
|
0,05 mg
|
Vitamin
C
|
52 mg
|
170 mg
|
Folasin
|
-
|
88 mg
|
Berdasarkan gejala klinis atau medis,
diabetes mellitus (DM) dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
– DM tipe 1 atau DMTI (Diabetes
Mellitus Tergantung Insulin)
Sebagian
besar sel beta pulau langerhans yang memproduksi insulin dalam pankreas
mengalami kerusakan. Akibatnya, kadar insulin menjadi kurang atau tidak ada.
– DM tipe 2 atau DMTTI
Disebabkan
kekurangan nutrisi atau gizi pada diabetisi
– Diabetes Mellitus yang berhubungan
dengan keadaan atau sindrom tertentu
Termasuk
ke dalam kelompok ini adalah penyakit pankreas, penyakit hormonal, keadaan yang
disebabkan oleh obat atau zat kimia, gangguan reseptor insulin, dan sindrom
genetik tertentu atau gejala-gejala penyakit keturunan seperti diabetes
mellitus (Utami, Prapti. 2003).
Beberapa parameter yang dapat digunakan
untuk mendiagnosis diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Seseorang
dikatakan menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa
lebih dari 126 mg/dl atau 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 gram
menunjukkan kadar glukosa darah lebih dari 200 mg/dl.
2. Seseorang
dikatakan terganggu toleransi glukosanya jika kadar glukosa darah ketika puasa
110 – 125 mg/dl atau 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 gram menunjukkan
kadar glukosa darah 140 – 199 mg/dl.
3. Seseorang dikatakan normal atau tidak
menderita diabetes mellitus jika kadar
glukosa darah ketika puasa kurang dari 110 mg/dl, kadar glukosa darah 1 setelah
minum larutan glukosa 75 gram menunjukkan kadar glukosa darah kurang dari 180
mg/dl, kadar glukosa darah 2 jam setelahnya kurang dari 140 mg/dl. (Utami,
Prapti. 2003)
Kandungan gizi pada pare cukup baik. Pare
mengandung protein, karbohidrat, dan sedikit lemak. Mineralnya tak kalah
banyak. Pare kaya akan kalsium, zat besi dan fosfor. Vitamin yang menonjol
terdapat di dalamnya adalah vitamin A dan vitamin C. Dari penelitian yang
dilakukan di Jepang tahun 2003 juga diketahui bahwa biji pare merupakan anti
oksidan yang cukup kuat untuk melawan radikal bebas di dalam tubuh yang memicu
pembentukan sel kanker, mempercepat penuaan, penyumbatan arteri, stroke, dan
diabetes mellitus. Buah pare mengandung karatin, hydroxytryptamine, vitamin A,
B, dan C. Sementara itu bijinya mengandung momordisin. Hampir semua bagian
tanaman ini, baik biji, bunga, daun, maupun akar, berkhasiat untuk obat. Namun,
buah pare paling sering digunakan untuk bahan ramuan obat terutama diabetes
mellitus. Efek farmakologis dari tanaman ini rasanya pahit dan sifatnya dingin,
pare berkhasiat sebagai antiradang, menurunkan kadar glukosa darah, untuk
mengobati batuk, radang tenggorok, radang mata
merah, rematik dan sariawan disentri.. Cara pemanfaatan pare untuk
mengatasi Diabetes Mellitus, yaitu dengan cara
Ambil 2 buah pare, cuci dan lumatkan lalu tambahkan setengah gelas air
bersih. Aduk dan peras. Minum sehari sebanyak 1 ramuan. Diulang selama 2
minggu. Untuk penggunaan biji pare, yaitu dengan cara sediakan 200 gram biji
pare, kemudian biji pare disangrai
sampai kering dan ditumbuk halus. Setelah dingin disimpan dalam toples. Cara
pemakaiannya seduh 10 gram bubuk biji pare dengan air matang untuk diminum 3
kali sehari. (Anonimous. 2007)
Diabetes Mellitus merupakan gangguan
terhadap metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh terganggunya mekanisme
normal dari insulin, baik secara relatif maupun absolut yang ditandai dengan
terjadinya hiperglikemia dan glukosuria. Pengobatan utama dari diabetes
mellitus adalah dengan diet, olah raga dan pengobatan. Obat-obat yang digunakan
terutama adalah obat antidiabetik oral (golongan sulfonilurea dan biguanide)
dan insulin. Sementara itu pare (Momordica charantia L.) merupakan salah satu
tanaman yang telah banyak digunakan untuk mengobati diabetes mellitus. Banyak
penelitian yang membuktikan bahwa buah pare mempunyai kahasit menurunkan kadar
glukosa darah (Rahmawaty S, 2009)
Kandungan lain sudah senyawa polipeptida
yang mirip insulin disebut polipeptida, khasiatnya menurunkan kadar glukosa
darah secara langsung, lain itu terdapat pula senyawa alkoloid yang memiliki
peranan serupa, selain itu penyakit gula , darah,pare pun secara invitrot menghambat virus hiv dan
tumor, penemuan lain buah pare batang berkhasiat untuk melawan kanker. Buah
pare merupakan tanaman, tumbuh merambat buahnya berbintil – bintil dalam
beberapa lajur, ad bentuk yang tidak berbintil – bintil bentuk nya pan jang
disebut pare ulo (pare ular ) buah pare
biasanya disebut dengan sayur , walau terasa pahit banyak masyarakat percaya
tanaman buah pare berhasiat dan ternyata betul merupakan obat herbal untuk diabetes
(Rahmawaty S, 2009).
Jika terjadi gangguan pada penyakit
diabetes, karena jumlahnya tidak mencukupi ,kadar glikosa cenderung naik, zat
karatin pada pare berhasiat hipoglesemik (menurunkan kadar gula darah) ia
terdiri atas senyawa sepsin stroid yang khasiatnya lebih kuat dari pada tobutamida, zat ini
mentimulasi sel – sel b sehingga meningkatkan produksi hormon insulin,
peningkatan sel-sel b kelenjer pankreas memperkuat hipogusemik buah pare (Maria
,2011).
Cara penggunaannya buah pare untuk atasi diabetes
secara alami dan herbal yaitu
ü 200
gr buah pare dicuci bersih lalu diblender. Tambahkan air minum secukupnya.
Peras dengan spotong kain sampai terkumpul seperempat glas. Hangatkan perasan
dengan api kecil selama 15 – 30 menit. Setelah dingin ,minum , lakukan setiap
hari.
ü 200
gr buah pare dicuci lalu di iris – iris tipis. Rebus dengn 3 gelas air bersih
sampai tersisa 1 gelas setelah dingin disaring. Minum, lakukan setiap hari (Maria
S, 2011).
Diabetes
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya,
yang berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan
organ tubuh terutama pada mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.
Terdapat beberapa tipe diabetes yang diketahui dan umumnya disebabkan oleh
suatu interaksi yang kompleks antara faktor genetik, lingkungan dan gaya hidup.
Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung
insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Diabetes tipe 1
biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada
usia dewasa. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi
metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati
maupun makroangiopati. Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun
meningkat. Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan
angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia.. World
Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang
diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan
jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation
(IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7 juta
pada tahun 2009 menjadi 12 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan
angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya jumlah peningkatan
penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (Wicaksono, 2013).
Diabetes
mellitus (DM) tipe 1 adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh reaksi
autoimun, menyebabkan kerusakan pada sel β pankreas yang ditandai dengan
hiperglikemi kronik akibat kekurangan insulin berat. Dalam perjalanan penyakit
DM dapat menimbulkan bermacam-macam komplikasi yaitu komplikasi jangka pendek
dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek antara lain hipoglikemi dan
ketoasidosis. Ketoasidosis diabetik (KAD) dapat dijumpai pada saat diagnosis
pertama DM tipe 1 atau pasien lama akibat pemakaian insulin yang salah. Risiko
terjadinya KAD meningkat antara lain pada anak dengan kontrol metabolik yang
jelek, riwayat KAD sebelumnya, masa remaja, pada anak dengan gangguan makan,
keadaan sosio-ekonomi kurang, dan tidak adanya asuransi kesehatan. Komplikasi
jangka panjang terjadi akibat perubahan mikrovaskular berupa retinopati,
nefropati, dan neuropati. Retinopati merupakan komplikasi yang sering
didapatkan, lebih sering dijumpai pada pasien DM tipe 1 yang telah menderita
lebih dari 8 tahun. Faktor risiko timbulnya retinopati antara lain kadar gula
yang tidak terkontrol dan lamanya menderita diabetes. Nefropati diperkirakan
dapat terjadi pada 25%-45% pasien DM tipe 1 dan sekitar 20%-30 akan mengalami
mikroalbuminuria subklinis. Mikroalbuminuria merupakan manifestasi paling awal
timbulnya nefropati diabetik. Neuropati merupakan komplikasi yang jarang
didapatkan pada anak dan remaja, tetapi dapat ditemukan kelainan subklinis
dengan melakukan evaluasi klinis dan pemeriksaan saraf perifer. Komplikasi
makrovaskular lebih jarang didapatkan pada anak dan remaja. Komplikasi tersebut
dapat terjadi akibat kontrol metabolik yang tidak baik (Indra W H, 2009).
DM
tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Kekerapan DM
tipe 2 di Indonesia berkisar antara 1,5-2,3% kurang lebih 15 tahun yang lalu,
tetapi pada tahun 2001 survei terakhir di Jakarta (Depok) menunjukkan kenaikan
yang sangat nyata yaitu menjadi 12,8%. Sekitar 2,5 juta jiwa atau 1,3% dari
penduduk Indonesia setiap tahun meninggal dunia karena komplikasi DM. WHO
memastikan peningkatan penderita DM tipe 2 paling banyak akan terjadi di
negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian peningkatan jumlah
penderita DM tipe 2 karena kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan DM.
Pengetahuan pasien tentang pengelolaan DM sangat penting untuk mengontrol kadar
glukosa darah. Penderita DM yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
diabetes, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, akan dapat mengendalikan
kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih lama (Witasari U, 2009).
Banyak
orang awalnya tidak tahu bahwa mereka menderita diabetes mellitus, di
negara-negara Asia lebih dari 50 persen (bahkan ada yang mencapai 85 persen)
penderita diabetes baru mengetahui diri mereka mengidap diabetes setelah
mengalami komplikasi di berbagai organ tubuh. Seiring dengan perkembangan
teknologi dan jaman, teknik identifikasi secara konvensional dinilai sudah
tidak praktis dan memiliki berbagai kelemahan. Dalamsuatu penelitian, teknik
klasifikasi penyakit diabetes mellitus dapat menggunakan pengekstrasi ciri PCA
berdasar ciri alami manusia. Salah satunya adalah dengan menggunakan retina
mata manusia sebagai objeknya. Dalam penelitian tersebut digunakan metode
ekstrasi ciri secara statistik yang secara luas telah lama digunakan yaitu PCA
(Principal Components Analysis). PCA atau Principal component analysis sebagai
salah satu metode untuk pengolahan citra masih relatif jarang digunakan sebagai
pengekstraksi ciri pola retina mata. Pemilihan metode ekstraksi ciri yang tepat
dan efisien sangat menentukan keberhasilan dari sistem klasifikasi secara
keseluruhan. Pengujian bertujuan untuk mengklasifikasikan beberapa citra dari
basis data Messidor. Citra masukkan berformat TIFF dengan ukuran 680x452. Hasil
analisis kemudian diolah dengan 5 variasi komponen utama dan 5 variasi jumlah neuron
tersembunyi untuk dikombinasikan yang bertujuan untuk menghasilkan tingkat
keberhasilan yang akurat. Dari hasil pengujian kombinasi variasi komponen utama
dan jumlah neuron tersembunyi dengan 15 data latih dan 15 data uji memiliki
tingkat keberhasilan terbaik yaitu 78,334%. Kombinasi metode PCA dan jaringan
saraf tiruan perambatan balik ini teruji cocok untuk mengklasifikasikan penyakit
diabetes mellitus (Budi C, 2013).
Komplikasi
yang dialami penderita DM bervariasi diantaranya komplikasi fisik, psikologis,
sosial dan ekonomi. Komplikasi fisik yang timbul berupa kerusakan mata,
kerusakan ginjal, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke bahkan sampai
menyebabkan gangrene. Komplikasi psikologis yang muncul diantaranya dapat
berupa kecemasan. Gangguan kecemasan yang muncul bisa disebabkan oleh long life
diseases ataupun karena komplikasi yang ditimbulkannya. Kecemasan ini jika
tidak diatasi akan semakin menyulitkan dalam pengelolaan DM. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara tingkat kecemasan terhadap
kadar glukosa darah penderita DM yang akan berpengaruh terhadap kualitas
hidupnya. Secara sosial penderita DM akan mengalami hambatan umumnya berkaitan
dengan pembatasan diet yang ketat dan keterbatasan aktivitas karena komplikasi
yang muncul. Pada bidang ekonomi biaya untuk perawatan penyakit dalam jangka
waktu panjang dan rutin merupakan masalah yang menjadi beban tersendiri bagi
pasien. Beban tersebut ditambah dengan adanya penurunan produktifitas kerja
yang berkaitan dengan perawatan ataupun akibat penyakitnya. Kondisi tersebut
berlangsung kronis dan bahkan sepanjang hidup pasien DM dan hal ini akan
menurunkan kualitas hidup pasien DM. Oleh karena itu, penanganan penyakit ini
memerlukan pendekatan yang komprehensif. Penanganan pasien harus memperhatikan
keseimbangan dan keutuhan aspek fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Saat ini
penanganan penyakit ini menunjukkan kecenderungan lebih berfokus pada
pengaturan pola diet, pengaturan aktivitas fisik, perubahan perilaku, pengobatan
yang dilakukan dengan obat – obatan, dan kontrol gula darah, sedangkan
penanganan masalah psikologis belum banyak ditangani (Wicaksono, 2013).
Dari
penelitian yang lain, diketahui bahwa diabetes melitus sebagian besar
disebabkan oleh faktor genetik dan perilaku atau gaya hidup seseorang. Selain
itu, faktor lingkungan sosial dan pemanfaatan pelayanan kesehatan juga
berkontribusi terhadap kesakitan diabetes melitus dan komplikasinya. Diabetes
dapat memengaruhi berbagai organ sistem dalam tubuh dalam jangka waktu tertentu
yang disebut komplikasi. Komplikasi dari diabetes dapat diklasifikasikan
sebagai mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler termasuk
kerusakan sistem saraf (neuropati), kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan
kerusakan mata (retinopati). Sedangkan, komplikasi makrovaskular termasuk
penyakit jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer. Penyakit
pembuluh darah perifer dapat menyebabkan cedera yang sulit tidak sembuh,
gangren, bahkan amputasi. Komplikasi yang lain termasuk kerusakan gigi,
penurunan resistensi infeksi seperti influenza dan pneumonia, makrosomia dan
komplikasi saat melahirkan. Komplikasi penyakit ini dikategorikan serius
sehubungan dengan kemunculan penyakit kronis lain yang berbahaya seperti
penyakit jantung, hipertensi, stroke, kebutaan akibat retinopati, glaukoma,
katarak, gagal ginjal, impotensi pada pria serta kecacatan akibat luka yang
sulit disembuhkan. Sekitar 83,3% penyandang diabetes melitus tipe dua yang
dirawat di unit rawat inap RSUD Pasar Rebo mengalami komplikasi, dan pada
lansia (> 60 tahun) komplikasi tersebut sekitar 94,6%. Pada usia lanjut,
risiko diabetes melitus akan meningkat sehingga termasuk kelompok yang rentan
terhadap kondisi ini (Rizky D, 2013).
Pengobatan
DM pada prinsipnya adalah menjaga agar kadar glukosa darah dapat dipertahankan
pada kondisi normal (80-120 mg/dl). Berbagai pilihan obat antidiabetes baik
modern maupun tradisional telah dikenal di masyarakat. Di Indonesia, pengobatan
DM secara tradisional adalah dengan memanfaatkan berbagai jenis tanaman obat
yang memiliki kandungan bahan aktif yang dapat menurunkan kadar gula darah.
Berbagai tanaman obat tersebut misalnya: Brotowali , Sambiloto, Mengkudu,
Delima, Mahkota Dewa, dan Pare. Tanaman obat diabetes merupakan sumber mikroba
potensial penghasil inhibitor alpha glukosidase. Dengan memperoleh isolat
potensial dari tanaman obat tersebut, akan dapat memproduksi senyawa inhibitor
alpha glukosidase untuk obat diabetes secara mikrobiologis, dengan jumlah yang
lebih banyak, dan kualitas yang lebih baik. Salah satu cara kerja obat
antidiabetes adalah menghambat pencernaan karbohidrat komplek (amilum) menjadi
glukosa. sehingga asupan glukosa dari usus ke dalam darah dapat dikurangi.
Senyawa aktif yang memiliki aktivitas seperti ini misalnya inhibitor alpha
glukosidase. Senyawa inhibitor alpha glukosidase dapat dihasilkan oleh mikroba.
Sebagai contoh adalah acarbose, suatu inhibitor alpha glukosidase yang
dihasilkan oleh Actinoplanes sp., suatu mikroba yang diisolasi dari daerah di
Kenya (Pujiyanto S, 2010)
Diabetes
Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan penanganan yang
seksama. Prevalensi DM semakin tahun semakin meningkat, terutama pada kelompok
yang berisiko tinggi untuk mengalami penyakit DM, diantaranya yaitu kelompok
usia dewasa tua (>40 tahun), kegemukan, tekanan darah tinggi, riwayat
keluarga DM, dan dislipidemia. DM adalah penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter,
perawat, dan ahli gizi, akan tetapi lebih penting lagi keikutsertaan pasien
sendiri dan keluarganya. Penyuluhan kepada pasien dan keluarganya akan sangat
membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki hasil
pengelolaan DM. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui penatalaksanaan pasien DM
Tipe II dengan pendekatan keluarga (Wicaksono, 2013).
Selain
konsumsi obat, perawatan utama penyakit ini adalah diet sehat dengan komposisi
makanan yang seimbang. Namun, penyusunan diet bagi penderita Diabetes Mellitus sulit
dilakukan karena memerlukan pengetahuan pakar, sedangkan jumlah pakar yang
terbatas, sehingga diperlukan program bantu untuk mempermudah dan memberikan
solusi alternatif bagi penderita untuk memperoleh diet yang sehat dan seimbang.
Sistem untuk konsultasi menu diet bagi penderita Diabetes Mellitus berbasis
aturan adalah salah satu alternatif dari berbagai macam sistem yang sudah
pernah dipakai untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Tujuan rancang
bangun sistem berbasis aturan ini adalah agar pemakai dapat melakukan
konsultasi terhadap komposisi makanan dan diet seimbang untuk membantu proses
penyembuhan yang diderita pasien. Perancangan sistem ini menggunakan rule based
reasoning yang disimpan dalam basis data menggunakan mesin inferensi kedepan (forward
chaining) dan aturan RSCM. Basis pengetahuan ini dihasilkan melalui wawancara
dan studi pustaka kepada pakar atau ahli gizi yang telah berpengalaman di
bidangnya. Hasil dari penelitian ini dapat mengetahui komposisi menu diet yang
sesuai dengan jumlah kebutuhan kalori yang dibutuhkan pasien dengan tingkat
akurasi 100% (Indra Perwira R, 2012).
Menurut
hasil survey World Health Organization (WHO), jumlah penderita diabetes
mellitus (DM) di Indonesia menduduki ranking ke 4 terbesar di dunia. DM menyebabkan
5% kematian di dunia setiap tahunnya. Diperkirakan kematian karena DM akan
meningkat sebanyak 50% sepuluh tahun yang akan datang. DM terbagi atas DM tipe
I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) jika pankreas hanya
menghasilkan sedikit atau sama sekali tidak menghasilkan insulin sehingga
penderita selamanya tergantung inslin dari luar, biasanya terjadi pada usia
kurang dari 30 tahun. DM tipe II atau Non-Insulin Dependent Diabetes (NIDDM)
adalah keadaan pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang lebih tinggi dari
normal tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya. Biasanya terjadi pada
usia di atas 30 tahun karena kadar gula darah cenderung meningkat secara ringan
tapi progresif setelah usia 50 tahun terutama pada orang yang tidak aktif dan
mengalami obesitas. Penyebab diabetes lainnya adalah kadar kortikosteroid yang
tinggi, kehamilan (diabetes gestasional), dan obat-obatan. Sebanyak 80%
responden DM menderita DM tipe 2 dan mereka membutuhkan pengobatan secara terus
menerus sepanjang hidupnya (Yunita N, 2012)
Berikut
merupakan beberapa contoh dari obat antidiabetes antara lain sebagai berikut (Yunita
N, 2012) :
1) Insulin
Insulin
biasanya diberikan subkutan , baik dengan cara penyuntikan atau oleh pompa
insulin. Penelitian sedang berlangsung rute lainnya administrasi Dalam
pengaturan perawatan akut, insulin juga dapat diberikan secara intravena Ada
beberapa jenis insulin, ditandai dengan tingkat yang mereka dimetabolisme oleh
tubuh.
2) Sulfonylureas
Sulfonylureas
adalah yang pertama banyak digunakan obat hipoglikemik oral. memicu pelepasan
insulin oleh tindakan langsung pada saluran ATP K dari pankreas , " sel
beta. Obat ini telah digunakan dalam menangani hipoglikemia pada penyandang
diabetes mellitus tipe 2 selama lebih dari 40 tahun. Mekanisme kerja obat ini
cukup rumit. Ia bekerja terutama pada sel beta pankreas untuk meningkatkan
produksi insulin sebelum maupun setelah makan. Sel beta pankreas merupakan sel
yang memproduksi insulin dalam tubuh. Sulfonilurea sering digunakan pada
penyandang diabetes yang tidak gemuk di mana kerusakan utama diduga adalah
terganggunya produksi insulin. Penyandang yang tepat untuk diberikan obat ini
adalah penyandang diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami kekurangan insulin
tapi masih memiliki sel beta yang dapat berfungsi dengan baik. Penyandang yang
biasanya menunjukkan respon yang baik dengan obat golongan sulfoniurea adalah
usia saat diketahui menyandang diabetes mellitus lebih dari 30 tahun, menyandang diabetes diabetes mellitus lebih
dari 5 tahun, berat badan normal atau gemuk, gagal dengan pengobatan melalui
pengaturan gaya hidup, perubahan pengobatan dengan insulin dengan dosis yang
relatif kecil.Sulfonylureas terikat kuat dengan protein plasma. Efek samping
utama adalah hipoglikemia . pengurangan Khas di A1C nilai untuk sulfonylureas
generasi kedua adalah 1,0-2,0%. Generasi pertama agen : tolbutamide ,
acetohexami , detolazamide , glimepiride . Sedangkan untuk generasi kedua agen
: glipizide , glyburide ,chlorpropamide
, gliclazide
3) Meglitinides
Meglitinides
membantu pankreas memproduksi insulin dan sering disebut "-bertindak
secretagogues singkat." Mereka bekerja pada saluran kalium sama dengan
sulfonylureas, tetapi pada situs mengikat yang berbeda. Dengan menutup saluran
kalium sel beta pankreas, mereka membuka saluran-saluran kalsium, sehingga
meningkatkan sekresi insulin. Mereka diambil dengan atau segera sebelum makan
untuk meningkatkan respon insulin untuk makan masing-masing.. Jika makan
dilewati, obat juga dilewati. pengurangan Khas di A1C nilai 0,5-1,0%.
4) Metformin
Metformin
biasanya merupakan obat line pertama yang digunakan untuk pengobatan diabetes
tipe-2. Hal ini umumnya ditetapkan pada awal diagnosis dalam hubungannya dengan
olah raga dan penurunan berat badan dibandingkan dengan di masa lalu, di mana
metformin yang ditentukan setelah diet dan olahraga telah gagal dosis awal
adalah 500 mg sekali sehari, maka jika perlu lebih ditingkatkan sampai 500 mg
dua kali sehari sampai 1000 mg dua kali sehari Hal ini juga tersedia dalam
kombinasi dengan obat diabetes oral lainnya. Metformin berguna untuk penyandang
diabetes gemuk yang mengalami penurunan kerja insulin. Alasan penggunaan
metformin pada penyandang diabetes gemuk adalah karena obat ini menurunkan
nafsu makan dan menyebabkan penurunan berat badan. Sebanyak 25% dari penyandang
diabetes yang diberikan metformin dapt mengalami efek samping pada saluran
pencernaan, yaitu rasa tak nyaman di perut, diare dan rasa seperti logam di
lidah. Pemberian obat ini bersama makanan dan dimulai dengan dosis terkecil dan
meningkatkannya secar perlahan dapat meminimalkan kemungkinan timbulnya efek
samping. Obat ini tidak seharusnya diberikan pada penyandang dengan gagal
ginjal, hati, jantung dan pernafasan.Metformin dapat digunakan sebagai obat
tunggal atau dalam kombinasi. Obat-obatan oral mungkin gagal untuk mengontrol
gula darah setelah beberapa saat sebelumnya berhasil (kegagagalan
sekunder) akibat kurangnya kepatuhan
penyandang atau fungsi sel beta yang memburuk dan / atau terjadinya gangguan
kerja insulin (resistansi insulin). Pada kasus-kasus ini, terapi kombinasi
metformin dengan sulfonilurea atau penambahan penghamba-glucosidase biasanya
dapat dicoba. Kebanyakan penyandang pada akhirnya membutuhkan insulin.
5) Tiazolidinedion
Saat
ini terdapat 2 tiazolinedion di Indonesia yaiturosiglitazon dan pioglitazon.
Obat golongan ini memperbaiki kadar glukosa darah dan menurunkan
hiperinsulinaemia (tingginya kadar insulin)
dengan meningkatkan kerja insulin (menurunkan resistensi insulin)
pada penyandang diabetes mellitus tipe
2. Obat golongan ini juga menurunkan
kadar trigliserida da asam lemak bebas.Rosiglitazone (Avandia) dapat
digunakan kombinasi dengan metformin pada penyandang yang gagal mencapai target
kontrol glukosa darah dengan pengaturan makan dan olahraga. Pioglitazone
(Actos), juga diberikan untuk meningkatkan kerja (sensitivitas) insulin.Efek
samping dari obat golongan ini dapt berupa bengkak di daerah perifer (misalnya
kaki), yang disebabkan oleh peningkatkan volume cairan dalam tubuh. Oleh karena
itu maka obat goolongan ini tidak boleh diberikan pada penyandang dengan gagal
jantung berat. Selain itu, pada penggunaan obat in ipemeriksaan fungsi hati
secara berkala harus dilakukan.
6) Penghambat enzim alfa glukosidase
Penghambat
kerja enzim alfa-glukosidase seperti akarbose, menghambat penyerepan
karbohidrat dengan menghambat enzim disakarida di usus (enzim ini bertanggung
jawab dalam pencernaan karbohidrat). Obat ini terutama menurunkan kadar glukosa
darah setelah makan. Efek sampingnya yaitu kembung, buang angin dan diare.
Supaya lebih efektif obat ini harus dikonsumsi bersama dengan makanan. Obat ini
sangat efektif sebagai obat tunggal pada penyandang diabetes mellitus tipe 2
dengan kadar glukosa darah puasanya kurang dari 200 mg/dL (11.1 mmol/l) dan
kadar glukosa darah setelah makin tinggi. Obat ini tidak mengakibatkan
hipoglikemia dan boleh diberikan baik pada penyandang diabetes gemuk maupun
tidak, serta dapat diberikan bersama dengan sulfonilurea, metformin atau
insulin (Andriani, 2013).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diabetes
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya,
yang berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan
organ tubuh terutama pada mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.
Terdapat beberapa tipe diabetes yang diketahui dan umumnya disebabkan oleh
suatu interaksi yang kompleks antara faktor genetik, lingkungan dan gaya hidup.
Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung
insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Diabetes tipe 1
biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada
usia dewasa.
Bila
hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut
maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun
makroangiopati. Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat.
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan
angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia.
Kandungan buah pare yang berguna
dalam penurunan gula darah adalah charantin dan polypeptide-P insulin
(polipeptida yang mirip insulin) yang memiliki komponen yang menyerupai
sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua dan banyak dipakai). Manfaat
charantin adalah menstimulasi sel kelenjar pankreas tubuh memproduksi insulin
lebih banyak serta meningkatkan cadangan gula sedangkan polypeptide-P insulin
untuk menurunkan kadar glukosa darah secara langsung. Diabetes adalah suatu
penyakit dimana terjadi penurunan produksi insulin pada pankreas atau pankreas
tidak sama sekali memproduksi insulin.
Biji pare (momordica charantia L.)
penurunan kadar gula terjadi kemungkinan karena biji pare (momordica charantia
L.) mengandung karantin yang merupakan saponin steroid yang memiliki aktifitas
mirip insulin dengan menstimulasi pengeluaran insulin di pankreas dan polypeptida-P
merupakan protein yang kerjanya mirip dengan insulin yang dapat menstimulasi
pengeluaran insulin serta asam oleanol dapat menurunkan kadar gula darah dengan
menghambat penyerapan glukosa usus.
B. SARAN
Setelah mengetahui apa itu DM
(Diabetes Mellitus), maka tentulah kitabisa lebih menjaga pola kesehatan dengan
makan-makanan yang sehat dan berolah raga teratur serta mengkonsumsi
sayur-sayuran atau buah-buahan yang dapat secara alami menjaga tubuh kita dari
segala penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, A. 2013. SISTEM PREDIKSI PENYAKIT DIABETES BERBASIS DECISION TREE.
Jurnal Manajemen Informatika AMIK BSI Jakarta. 1 (1).
Anonimous,
2007. Khasiat Buah Pare. (online) http://www.nusaku.com/forum/showthread.php?t=5931 diakses 20 Juni 2008
Anonimous.
2007. Melawan
Wabah Diabetes Dunia dengan Buah Pare. (online).http://www.nusaku.com/forum/showthread.php?f=13 diakses 20 Juni 2008
Budi C, Rosa D, Joko
P. 2013. SISTEM DIAGNOSA PENYAKIT
DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN METODE CEERTAINTY FACTOR. Jurnal Fakultas
Teknologi Informasi,Universitas Kristen Duta Wacana. 1 (1).
Indra Perwira, R. 2012.
SISTEM UNTUK KONSULTASI MENU DIET
BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS BERBASIS ATURAN. Jurnal Teknologi
Teknik Informatika, Fakultas Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta. 5 (2) 104-113.
Indra W H, Aman B,
Bambang T, Jose R.L. 2009. KOMPLIKASI
JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG DIABETES MELLITUS TIPE 1. Jurnal
kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 10 (6).
Maria S, Siti R,
Hairani D, Arneliwati. 2011. HUBUNGAN
TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT TENTANG PERAWATAN LUKA DIABETES
MENGGUNAKAN TEKNIK MOIST WOUND HEALING. Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau. 1 (2).
Pujiyanto S, Ferniah
R. 2010. AKTIFITAS INHIBITOR ALPHA-GLUKOSIDASE BAKTERI ENDOFIT PR-3 YANG
DIISOLASI DARI TANAMAN PARE (MOMORDICA CHARANTIA ). Jurnal BIOMA
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Undip. 12 (1) : 1-5.
Rizky D, Isnanto R,
Hidayatno A. 2013. KLASIFIKASI
PENYAKIT DIABETES MELITUS BERDASAR CITRA RETINA MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT
ANALYSIS DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN. Jurnal TRANSIENT Jurusan Teknik
Elektro. Semarang : Universitas Diponegoro Semarang.
Totok B, Febrina N.
2011. PENGARUH DURASI SENAM DIABETES
MELITUS PADA PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE II.
Jurnal Kesehatan Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan UMS. 4 (2) :
143-153.
Utami, Prapti dan Tim Lentera, 2003. Tanaman Obat Untuk Mengatasi
Diabetes Mellitus. Jakarta
: Agro Media Pustaka.
Wicaksono,. 2013. DIABETES MELITUS TIPE II PADA IBU
RUMAH TANGGA DENGAN PENGETAHUAN YANG KURANG TENTANG DIABETES DAN AKTIVITAS
FISIK KURANG TERATUR. Jurnnal Medula Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. 1 (1).
Witasari U, Rahmawaty
S, Zulaeka S. 2009. HUBUNGAN TINGKAT
PENGETAHUAN, ASUPAN KARBOHIDRAT DAN SERAT DENGAN PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA
DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2. Jurnal Penelitian Sains
& Teknologi . Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
10 (2) : 130 – 138
Yunita N, Ana Y, Gesnita N. 2012. PENGETAHUAN
PASIEN TENTANG DIABETES DAN OBAT ANTIDIABETES ORAL. Jurnal Farmasi
Indonesia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 6 (1) : 38-47.
Komentar
Posting Komentar